Jumat, 15 Oktober 2010

berita A.C.Milan

Sejarah Milan Terulang Atas Manchester
Selasa, 16 Februari 2010, 18:09:26 WIB
Laporan: Octa Kusuma Nugraha

Jakarta, RMOL. Perjalanan AC Milan dalam ajang Liga Champions musim ini cukup mengenaskan, dalam babak fase grup, Rossoneri tidak pernah memetik kemenangan di kandang sendiri, stadion San Siro.

Tentu bukan modal yang baik saat harus menjamu jawara Inggris, Manchester United di San Siro yang sejatinya diadakan pada Selasa (16/2) waktu setempat, sedangkan disiarkan secara langsung oleh stasiun televisi swasta pada Rabu dini hari.

Bukan itu saja, skuad asuhan Leonardo pun tercatat hanya mampu melesakkan 8 gol dan harus kebobolan 7 kali. Bandingkan dengan Manchester United, menciptakan 10 gol dan hanya 6 kali kemasukan.

Ditambah lagi, pasukan Sir Alex Ferguson tidak pernah kehilangan angka kala melakukan pertandingan away, alias tidak pernah kalah di kandang lawan dalam Liga Champion tahun ini.

Tapi ada yang membuat Milan berada di atas angin, sejarah mencatatkan bahwa Manchester United selalu kalah bila berlaga di San Siro. Tentu masih terbayang kemenangan sensasional Milan atas United dengan skor 3-0 saat semifinal Liga Champion musim 2006/2007 lalu.

Manchester United, yang saat ini bertumpu pada striker Wayne Rooney pun harus mempersiapkan plan B, karena pemain yang telah mencetak 21 gol di ajang Liga Premier ini ternyata belum pernah melesakkan sebiji gol pun dalam ajang Liga Champion. Top score  United dalam ajang ini malah dipegang oleh super-sub Michael Owen dengan empat gol.

Berbeda dengan Milan, ada tiga nama pencetak gol terbanyak Rossoneri dalam ajang ini, yaitu Pato, Inzaghi dan Ronaldinho, kesemuanya 2 gol. Sehingga Milan tidak berpatokan hanya pada satu pemain saja.

Keuntungan lain Milan adalah kembali pulihnya sang jenderal pertahanan Alessandro Nesta dan Si Bebek Pato, yang diamini Sir Alex sebagai pemain yang akan menyulitkan pertahanan MU

berita A.C.Milan

Sejarah Milan Terulang Atas Manchester
Selasa, 16 Februari 2010, 18:09:26 WIB
Laporan: Octa Kusuma Nugraha

Jakarta, RMOL. Perjalanan AC Milan dalam ajang Liga Champions musim ini cukup mengenaskan, dalam babak fase grup, Rossoneri tidak pernah memetik kemenangan di kandang sendiri, stadion San Siro.

Tentu bukan modal yang baik saat harus menjamu jawara Inggris, Manchester United di San Siro yang sejatinya diadakan pada Selasa (16/2) waktu setempat, sedangkan disiarkan secara langsung oleh stasiun televisi swasta pada Rabu dini hari.

Bukan itu saja, skuad asuhan Leonardo pun tercatat hanya mampu melesakkan 8 gol dan harus kebobolan 7 kali. Bandingkan dengan Manchester United, menciptakan 10 gol dan hanya 6 kali kemasukan.

Ditambah lagi, pasukan Sir Alex Ferguson tidak pernah kehilangan angka kala melakukan pertandingan away, alias tidak pernah kalah di kandang lawan dalam Liga Champion tahun ini.

Tapi ada yang membuat Milan berada di atas angin, sejarah mencatatkan bahwa Manchester United selalu kalah bila berlaga di San Siro. Tentu masih terbayang kemenangan sensasional Milan atas United dengan skor 3-0 saat semifinal Liga Champion musim 2006/2007 lalu.

Manchester United, yang saat ini bertumpu pada striker Wayne Rooney pun harus mempersiapkan plan B, karena pemain yang telah mencetak 21 gol di ajang Liga Premier ini ternyata belum pernah melesakkan sebiji gol pun dalam ajang Liga Champion. Top score  United dalam ajang ini malah dipegang oleh super-sub Michael Owen dengan empat gol.

Berbeda dengan Milan, ada tiga nama pencetak gol terbanyak Rossoneri dalam ajang ini, yaitu Pato, Inzaghi dan Ronaldinho, kesemuanya 2 gol. Sehingga Milan tidak berpatokan hanya pada satu pemain saja.

Keuntungan lain Milan adalah kembali pulihnya sang jenderal pertahanan Alessandro Nesta dan Si Bebek Pato, yang diamini Sir Alex sebagai pemain yang akan menyulitkan pertahanan MU

sejarah milan

Sejarah Milan

Sejarah (1990-an hingga kini)
Masa kejayaan Milan di era sepakbola modern adalah pada awal dekade 90-an ketika merajai Liga Italia di bawah asuhan Arrigo Sacchi, dan diteruskan oleh Fabio Capello. Puncaknya, Milan merebut trofi Liga Champions pada tahun 1994 dengan mengalahkan Barcelona di final. Sepeninggal Capello (yang menyeberang ke Spanyol untuk melatih Real Madrid), Milan terus menurun dan baru bisa meraih gelar juara Liga Italia pada musim kompetisi 1998/1999 di bawah asuhan pelatih Alberto Zaccheroni. kemudain digantikan oleh pelatih asal Turki, Fatih Terim. Karena surut gelar, kemudian diganti oleh mantan pemain Milan, Carlo Ancelotti. Ancelotti membawa Milan meraih gelar juara Liga Champions pada musim 2002/2003 ketika mengalahkan Juventus lewat drama adu pinalti di Manchester, Inggris. Milan terakhir kali meraih gelar prestisus dengan merebut juara Liga Italia pada musim kompetisi 2003/2004 sekaligus menempatkan penyerang Andriy Shevchenko sebagai pencetak gol terbanyak di Liga Italia.
Pada musim kompetisi Liga Italia Seri A 2006/2007, Milan terkait dengan skandal calciopoli yang mengakibatkan klub tersebut harus memulai kompetisi dengan pengurangan 8 poin. Meskipun begitu, publik Italia tetap berbangga karena di tengah rusaknya citra sepak bola Italia akibat calciopoli, Milan berhasil menjuarai kompetisi sepakbola yang paling bergengsi di dunia, Liga Champions. Hasil itu didapat setelah Milan menaklukkan Liverpool 2-1 lewat dua gol Filippo Inzaghi. Gelar inipun menuntskan dendam Milan yang kalah adu penalti dengan Liverpool dua tahun silam. Gelar pencetak gol terbanyakpun disabet pemain jenius Milan, Kaká dengan torehan 10 gol. Pada pertengahan musim, Milan mendatangkan mantan pemain terbaik dunia, Ronaldo dari Real Madrid untuk memperkuat armada penyerang mereka setelah penyerang muda Marco Borriello dihukum karena terbukti doping. Setelah musim kompetisi 2006/2007 berakhir, santer dikabarkan bahwa Milan akan kehilangan Kaká yang diburu habis-habisan oleh Real Madrid. Trequartista asal Brasil ini memang sudah menjadi buruan Madrid yang sejak lama menginginkannya. Madrid menawarkan uang sebesar 80 juta euro atau setara dengan 980 miliar rupiah untuk mendapatkan Kaká. Kaká ditawari gaji bersih 12 juta euro per musim, serta 100% hasil penjualan merchandisenya. Gaji ini bernilai 2,5 kali lipat dari gajinya di Milan. Jika Kaká menerima tawaran Madrid, ia akan menjadi pebola termalhal sepanjang masa, jauh melebihi rekor Zinedine Zidane yang hanya 47 juta euro. Ayah sekaligus agen Kaká, Bosco Leite juga sempat terbang ke Madrid untuk berbicara masalah Kaká. Milan tentu tak setuju melepasnya dengan harga berapapun juga. Madrid akhirnya menyerah. Atas kesetiaan dan loyalitasnya, Milan berjanji menaikkan gaji Kaká.